Ditinjau oleh: dr. Irma Lidia
Wabah virus Corona hingga saat ini masih menjadi masalah yang harus dipecahkan pemerintah. Berbagai pihak bekerja sama agar pandemi ini bisa segera diakhiri. Distribusi vaksin telah dilakukan dan penyuntikan digelar bertahap. Namun kini muncul topik baru yaitu mutasi virus Corona N439K yang dianggap lebih berbahaya dan kebal terhadap vaksin.
Virus merupakan jenis organisme yang bisa bermutasi. Kemampuan bermutasi ini juga sudah menjadi fokus para ahli sejak awal pandemi terjadi. Tak hanya fokus pada penemuan vaksin yang tepat, namun penelitian terhadap sifat virus dan kemungkinan mutasi harus dilakukan. Mari kita cari tahu lebih jauh mengenai mutasi virus Corona ini.
Penemuan Mutasi Virus Corona N439K
Skotlandia menjadi lokasi pertama tempat terdeteksinya mutasi N439K. Sementara itu pada bulan November 2020 juga telah ditemukan adanya mutasi jenis N439K ini di Indonesia. Hanya saja baru sekarang isu ini kembali muncul beriringan dengan distribusi vaksin yang menjadi harapan bagi masyarakat luas.
N439K bukanlah satu-satunya jenis mutasi corona yang ditemukan. Ini hanya satu dari banyaknya mutasi virus yang juga punya sifat berbeda dengan virus Corona sebelumnya. Beberapa jenis mutasi yang dilaporkan di berbagai negara seperti ASP614 dan GLY614.
Temuan kasus mutasi virus ini sekarang semakin banyak jumlahnya. Hal ini mendorong banyak tenaga ahli untuk semakin giat melakukan penelitian. Apalagi jenis N439K ini disebut-sebut lebih mudah menular dan kebal terhadap vaksin yang saat ini beredar.
Jaminan Lifepack untuk Anda
Sifat Penularan Virus Corona N439K
Virus Corona dapat menular jika tidak ada antibodi yang bekerja melindungi tubuh. Antibodi itu sendiri bisa terbentuk saat sistem imun menargetkan protein virus dan mencegah proses pengikatan virus ke ACE2. Hanya saja kemudian terjadi mutasi yang menyebabkan perubahan protein lonjakan. Hal ini akan menurunkan efektivitas antibodi dalam menghalau virus tersebut.
Mutasi virus Corona N439K ini menghasilkan pergantian asparagina oleh lisin. Dinamika molekuler yang terjadi pada perlekatan virus ini akan menghasilkan ikatan yang jauh lebih kuat. Lisin yang menggantikan asparagina dalam proses perlekatan virus akan membentuk adanya jembatan garam baru dengan kompleksitas lebih tinggi. Proses ini jauh lebih kompleks dan lebih efektif menginfeksi tubuh manusia.
5 Alasan Beli Obat di Lifepack
Bisa dikatakan bahwa proses infeksi virus mutasi ini berubah dari virus Corona sebelumnya. Namun demikian, tingkat penularannya tidak lebih tinggi dari virus Corona yang ditemukan di awal-awal. Berbeda dengan B117 yang memang lebih tinggi tingkat penularannya.
Reaksi Terhadap Vaksin
Lalu benarkah mutasi virus Corona kebal terhadap vaksin? Pertanyaan ini paling sering muncul begitu berita mengenai mutasi N439K terangkat. Hal ini tentu memicu kepanikan masyarakat karena bagaimanapun juga vaksin COVID-19 adalah harapan untuk bisa keluar dari pandemi ini.
Bisa dikatakan bahwa N439K memiliki sifat perlekatan yang berbeda. Kemampuan penularannya juga lebih tinggi. Menurut dr. Irma Lidia, tim dokter Lifepack, “Varian mutasi ini dianggap memiliki tingkat penularan dan tingkat keparahan penyakit yang sama dengan virus awal, namun varian ini ada kemungkinan dapat mengelabui antibodi yang sudah terbentuk dari infeksi sebelumnya maupun dari vaksin, sehingga menurunkan efektivitas vaksin thd jenis varian ini. varian ini belum menjadi varian of concern ataupun varian of interest dari WHO.”
Hal ini menyebabkan vaksin yang sudah didistribusikan mungkin tidak bisa mencegah perlekatan secara optimal. Dibutuhkan formula yang tepat dan sesuai dengan sifat perlekatan yang berubah dari virus ini.
Jaminan Lifepack untuk Anda
Meskipun begitu pemberian vaksin COVID-19 yang saat ini sudah beredar luas tetap penting untuk dilakukan. Risiko penularan virus terjadi begitu tinggi dan tidak bisa diketahui pasti siapa bisa menularkan jenis virus yang mana. Oleh karena itu pemberian vaksin saat ini tetap dianggap efektif untuk menurunkan angka penularan akibat virus Corona.
Gejala yang Ditimbulkan
Bagaimana dengan gejala yang ditimbulkan akibat paparan virus N439K ini? Pada dasarnya gejala yang muncul hampir sama dengan infeksi SARS-CoV-2 pada umumnya. Mulai dari demam, nyeri tenggorokan, hilangnya reflek indera perasa, dan lain sebagainya. Tanda-tanda yang hampir mirip ini membuat kita sulit membedakan virus Corona yang bermutasi atau belum.
5 Alasan Beli Obat di Lifepack
Bahkan bisa juga paparan mutasi virus ini tidak menimbulkan gejala sama sekali. Seperti kasus-kasus COVID-19 sebelumnya yang terjadi tanpa gejala. Itulah mengapa masyarakat diminta untuk tetap bijak dan berhati-hati agar penularan virus ini tidak semakin meluas.
Pencegahan
Vaksin COVID-19 yang beredar luas saat ini dianggap sebagai metode pencegahan penularan virus yang efektif. Namun, jika ada mutasi virus seperti N439K ini maka vaksin yang ada sekarang bisa berkurang efektivitasnya. Upaya pencegahan terbaik yang dapat dilakukan adalah menerapkan 5M.
Penting sekali untuk tetap menjaga jarak, mengurangi mobilitas, menjauhi kerumunan, mencuci tangan secara rutin, dan tentu saja memakai masker. Mutasi yang terjadi bisa meningkatkan penularan virus ini lebih tinggi dari sebelumnya. Tentu dibutuhkan penerapan protokol kesehatan yang jauh lebih ketat demi kesehatan bersama.
Mutasi virus Corona N439K ini tentu menjadi mimpi buruk bagi kita semua. Bagaimanapun juga kita berharap wabah virus ini segera usai. Meskipun mimpi buruk ini nyata ada di depan kita, jangan panik dan tetap waspada. Terapkan protokol kesehatan dan jangan lengah. Mari kita hadapi bersama agar virus corona segera musnah.
Jaminan Lifepack untuk Anda
Apabila Anda mengalami gejala ringan dari COVID-19, Anda dapat gunakan paket ISOMAN A LIFEPACK (Rp217.399) yang berisi suplemen daya tahan tubuh saat isolasi mandiri. Apabila gejala yang dialami sudah cukup berat, segera konsultasi dengan dokter. Ingin berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter mengenai kesehatan? Unduh aplikasi Lifepack. Tebus resep obat, bebas antre. Tersedia melalui Google Play Store maupun App Store.
Ditulis oleh: Hairun Nisa